Sel. Apr 16th, 2024

Merebut Paus di Laut Sawu, Putera Lembata Raih Doktor di UGM • Nelayan Lamalera tangkap 5 Paus

By media surya.com Apr 16, 2021

Mediasurya com, Jakarta – Dr. Agustinus Gergorius Raja Dasion, SS. MA, putera Lembata, Nusa Tenggara Timur kelahiran kampung nelayan Lamalera, Kecamatan Wulandoni, berhasil meraih gelar doktor sosiologi di bawah bimbingan Promotor Prof Dr Heru Nugroho dan Ko-Promotor Dr Hakimul Ikhawan, MA di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Rabu (15/4/2021) pagi.

Baca juga ; Dinas Pendidikan Lembata, Pastikan Siswa Terdampak Banjir Ikut Ujian Sekolah Sesuai Jadwal

Promorendus Raja Dasion, sapaan akrabnya, mempertahankan disertasi berjudul “Merebut” Paus di Laut Sawu: Analisa Wacana Konservasi Paus di Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan predikat Sangat Memuaskan dalam Sidang Terbuka Ujian Terbuka Promosi Doktor di bawah tim penguji Prof Dr Suharko, Dr Sugeng Bayu Wahyono, Dr Arie Sujito, dan Dr Oki Rahadiato.

Prof Heru dalam pertanyaan pemantik pengantarnya meminta promorendus menjelaskan apa yang menarik dari term “merebut paus di laut Sawu” dalam disertasinya. Apalagi, persoalan perburuan paus bukan hanya persoalan lokal Lamalera namun juga global. Persoalan ini juga sudah diekspos oleh media dunia seperti British Broadcasting Channel maupun National Geographic.



“Disertasi saya ‘Merebut” Paus di Laut Sawu. Diksi ‘merebut’ paus sesungguhnya menggambarkan keseluruhan studi saya. Yaitu bagaimana wacana konservasi direbut negara bersama aparatusnya yang dibuat di laut Sawu dengan wacana konservasi dengan masyarakat lokal yang berburuh paus secara tradisional,” kata Raja Dasion dalam keterangan tertulis Ata Lembata, komunitas Lembata Diaspora Sedunia di Jakarta, Kamis (16/4 2021).

Menurut Raja Dasion ada dua hal penting dari term ‘merebut” paus di Laut Sawu dalam disertasi itu. Pertama, terjadi gap pengetahuan antara konservasi global dengan konservasi lokal dalam hal ini masyarakat Lamalera. Kedua, hadirnya saat negara dan aparatusnya hadir dengan konsep konservasi global ada antagonism, penolakan masyarakat lokal Lamalera dengan wacana konservasi lokal dengan tradisi berburuh paus di laut Sawu hingga saat ini.

Ia menambahkan ada banyak subyek dalam kontestasi ‘merebut’ paus di laut Sawu. Subyek dimaksud adalah negara dan aparatusnya, juga beberapa lembaga konservasi global seperti World Wildlife for Nature (WWF) dan The Nature Concervancy (TNC). Kemudian aparatus negara seperti Dinas Pariwisata dan Dinas Kelautan dan Perikanan baik Kabuaten Lembata maupun Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berikut di tingkat lokal ada banyak subyek yang begitu cair seperti para tetua adat, nelayan, dan organisasi-organisasi yang mendukung upaya lefa nuang atau tradisi berburuh paus yang hingga saat ini bertahan dan dilakukan masyarakat lokal Lamalera.

Baca juga ; AHY FOUNDATION SALURKAN BANTUAN BAGI PENGUNGSI BANJIR BANDANG DI LEMBATA

Tatkala paus dilarang diburuh oleh negara karena takut terhadap tekanan global, maka posisi masyarakat lokal juga tentu berpengaruh. Namun, hal ini menurut Raja Dasion, masyarakat Lamalera menggantungkan konservasi dengan mempertahankan kearifan lokal karena sejak dulu konsep konservasi masih sama.

Perbedaannya, kata Raja Dasion, terletak pada beberapa cara. Pertama, sejak dulu masyarakat Lamalera menggunakan tombak atau peralatan tradisional, traditional tools untuk menikam paus. Kedua, sebelum melakukan tradisi lefa nuang, ada beragam ritus yang harus dilakukan. Hal ini wajib karena paus tak sekadar urusan kepentingan ekonomi tetapi juga masalah teologis, filosofis, sosial, dan keseluruhan sistem hidup masyarakat lokal.

Ko-Promotor Hakimul Ikhawan di saat memulai bertanya lebih jauh, menyampaikan duka mendalam bagi warga Nusa Tenggara Timur, khususnya Lembata, tanah kelahiran promorendus Raja Dasion, tim penulis buku Membangun Tanpa Sekat, yang diterpa bencana banjir lahar dingin dan badai Seroja bebepa minggu belakangan.

Hakim di pengantar ujian dengan sedikit guyon mengatakan, riset promorendus barangkali terbawa mimpi. Ia memuji promorendus yang berusaha mencari singnal telekomuniasi dari Kupang untuk dapat mempertahankan disertasi secara daring melalui zoom meeting di hadapan tim penguji dari kampus Bulaksumur dan dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. “Terima kasih atas atensi, perhatian Pak Hakim atas bencana alam yang belakangan melanda NTT, khususnya Lembata,” kata Raja Dasion.

Nelayan tangkap 5 ekor paus



Joseph Boli Batafor, seorang lamafa, juru tikam paus mengatakan, pihaknya mengapresiasi Raja Dasion, seorang putra asli Lamalera yang menulis disertasi tentang lefa nuang dalam kajian akademiknya di Departemen Sosiologi Fisipol Universitas Gajah Mada. Jejak akademik ini mulai digeluti banyak putra-puteri lokal seperti Dr Jakobus Blikololong yang menulis disertasi tentang pasar barter di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni.

“Kamis (15/4) kemarin, nelayan Lamalera berhasil menangkap lima ekor paus dari perairan laut Sawu dan langsung ditarik ke bibir pantai. Peristiwa ini dalam keyakinan kami di Lamalera adalah rekayasa Alepte teti Kova Lolo, Tuhan penguasa alam semesta karena knato, berkat lima ekor paus itu ditikam nelayan bersamaan dengan ujian disertasi promorendus Raja Dasion,” ujar Boli Batafor.

Baca juga :Benarkah Ada Misteri, Di Banjir Bandang Lamanele Adonara?

Lima ekor paus raksasa itu ditangkap nelayan dengan menggunakan perahu Teti Heri milik suku Batafor, Mula Blolo dari suku Keraf Lamalera A, Nara Tena milik suku Keraf Lamalera B, Soge Tena dari suku Tapoona, dan Java Tena dari suku Bataona. “Rabu (15/4) sekitar jam 09.00 hingga 10.00 WITA, nelayan berteriak, Baleo…..baleo…. Nelayan rame-rame mendayung perahu dan mulai berburu. Mereka berhasil menangkap lima ekor paus berbobot besar namun ada satu ekor sangat besar dibanding empat lainnya,” kata Boli Batafor lebih lanjut.

Doktor Raja Dasion lahir di Lewoleba, Lembata, 5 April 1984. Lahir dari pasangan suami-isteri guru, Fransiskus Atakebelen Dasion dan Maria Bulu Batafor. Raja Dasion sekolah di Taman Kanak-kanak Ade Irma Suryani Nasution Lamalera, Wulandoni dan SD Inpres Labalimut (Boto), Kecamatan Nagawutun, SMP Sanctissima Trinitas Hokeng, Kabupaten Flores Timur dan SMA Seminari San Dominggo, Hokeng. Ia menyelesaikan studi S-1 di Fakultas Filsafat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kemudian S-2 bidang Sosiologi diraih dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Sejak 2016 menempuh studi S-3 bidang Sosiologi di Departemen Sosiologi Fisipol UGM.
Ket foto:
Dr. Agustinus Gergorius Raja Dasion, SS. MA

By media surya.com

Ungkap Realita Sosial

Related Post

3 thoughts on “Merebut Paus di Laut Sawu, Putera Lembata Raih Doktor di UGM • Nelayan Lamalera tangkap 5 Paus”
  1. I’d must test with you here. Which isn’t one thing I usually do! I take pleasure in reading a post that may make folks think. Additionally, thanks for permitting me to comment!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *