Sel. Apr 16th, 2024

TRADISI GUTI NALE DAN WISATA PANTAI SELATAN LEMBATA

By media surya.com Feb 20, 2020

Mediasurya.com,Nagawutun_Misteri Di Laut Selatan Lembata Konon, di suatu Subuh, ada dua orang pria yang kemudian mengaku bernama Srona dan Srani, berasal dari Duli, sebuah negeri yang dipercaya sebagai Negeri orang yang sudah meninggal, tiba-tiba muncul di pantai Watan Raja, Mingar, Desa Pasir Putih. Namun ada pula warga menceritakan versi berbeda. Duli disebut sebut terletak di sebuah wilayah di Kabupaten Alor, NTT.
Kedua pria asing ini ditemukan diatas pohon Pandan yang banyak tumbuh di pesisir pantai itu oleh warga setempat yang bernama Bapa Belawa dari suku Ata Kabelen dan Belake dari Suku Ketupapa.
Ketika itu, di pesisir Pantai Watan Raja, Nale bertebaran dimana-mana, namun warga tidak menyentuh apalagi mengonsumsi layaknya ikan.


Namun saat betemu dengan dua warga asli Mingar, Belawa dan Belake, dua orang asing yang berama Srona dan Serani mengatakan, keduanya jauh-jauh datang untuk menyampaikan bahwa Nale yang ada di bibir pantai itu berasal dari Duli dan dapat di makan selayaknya ikan.
Belawa dan Belake kemudian membawa serta Srona dan Srani ke kampung lama Mingar. Srona dan Srani kemudian membawa serta Nale yang di ambilnya di pantai Watan Raja untuk dikonsumsi. Keduanya pun mengajarkan warga cara mengambil dan mengonsumsi Nale.


Namun ombak pantai Selatan yang sangat besar di Pantai Watan Raja, memaksa Srona dan Srani, memidahkan lokasi pengambilan Nale, ke Bnebong yang tak jauh dari pantai Watan Raja, yang relative lebih tenang.


Hingga saat digelarnya festival Nale, 15 dan 16 Februari 2020, lokasi pantai Watan Raja dimanfaatkan sebagai sentral kegiatan festival Nale, sedangkan ribuan warga mengambil Nale di pantai Bnebong.
Tak hanya warga dari Mingar, namun warga dari desa-desa di pesisir Kecamatan Nagawutun, tumpah ruah di pantai Bnebong, meneriakan “Duli Gere” dan mengambil Nale.
Mingar dan Pengembangan Kawasan Pariwisata Terintegrasi
Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timurpun tidak diam menyaksikan potensi alam dan kekaayaan bahari di Mingar, Desa Pasir Putih. Dalam bingkai pengembangan pariwisata, wilayah itu ditetapkan sebagai Kawasan pengembangan pariwisata terintegrasi, selain Desa Lamalera dengan tradisi menangkap Ikan Paus secara tradisional.

“Saya harap Desa tetangga ikut terlibat dalam pengembangan Kawasan pariwisata terintegrasi. Sebagai simpulnya yakni Desa Atawai, Lolong dan Twaowutung. Simpul sudah ditetapkan, tinggal dikembangkan,” ujar Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur.
Disebutkan, pemerintah setempat telah membenahi infrastruktur jalan ke Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutun, sehingga memudahkan warga di sekitar bahkan dari ibu kota Kabupaten, Lewoleba untuk menikmati Nale.


“jarak tempuhnya sekarang hanya 20-30 menit dari Ibu Kota Kabupaten, Lewoleba. Sama seperti Lewolein, waktu tempuh 20 menit, sehingga ada yang makan siang, sore dan malam dikedua Desa tersebut. Saya harap Desa tetangga ikut terlibat dalam pengembangan sebagai simpul, seperti Desa Atawai, Lolong dan Twaowutung. Simpul sudah ditetapkan, tinggal dikembangkan. Saya minta warga terlibat dan berperan aktif dalam program pengembangan pariwisata di Desa,” ujar Bupati Lembata, Eliazer Yentji Sunur.
Bupati Sunur pun mendorong Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) untuk mengelola unit usaha pariwisata di Desa. Iapun meminta Pemerintah Desa melibatkan masyarakat dalam Bumdes agar uang tidak keluar dari dalam desa dan kegiatan kegiatan dapat berjalan seterusnya.
“Kusus Kades Mingar, harap Kawasan ini ditata sebagai Kawasan wisata. Belajarlah jangan jauh-jauh tapi belajar ke Desa Lewolein. Lihat dan buat lebih dari Lewolein. Kita perlu belajar Ilmu dari luar dan sesuaikan dengan kondisi daerah kita. Sebagai leading sector simpul pariiwisata sudah ditetapkan. Ini simpul sudah dikasi masuk dengan kegiatan dan fisik dapat dilanjutkan oleh desa. Silahkan masyarakat desa teribat langsung mengembangkan sumber daya yang potensial untuk kesejahteraan Desa,” ujar Bupati Sunur.sm

By media surya.com

Ungkap Realita Sosial

Related Post

274 thoughts on “TRADISI GUTI NALE DAN WISATA PANTAI SELATAN LEMBATA”

Tinggalkan Balasan ke website Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *