Jum. Apr 19th, 2024

Wartawan Dan Kekuatan Publikatif, Catatan Seorang Guru

By media surya.com Feb 11, 2023

Wartawan Dan Kekuatan Publikatif, Catatan Seorang guru
Oleh ; Silvester Kean Witin.,S.pd



Ketika membaca catatan serta ulasan setiap netizen dalam Group Suara Flotim dan beberapa komentar serta tanggapan kritis secara pribadi di media sosial perihal polemik dari salah seorang warga Flotim yang membuat komentar lepas tentang salah seorang wartawan terkait berita yang dimuat di salah satu media cetak, saya pun terusik dan mulai mengangkat penaku untuk membuat catatan ringan ini untuk dipahami bersama.

Baca juga ; Evaluasi Kinerja Penjabat Bupati Flotim Dan Lembata, Dapat Nilai Buruk Dari Mendagri

Kejaksaan Negeri Lembata Maksimalkan Pelaksanaan Penerangan Hukum. Kejari Instruksikan Pemdes Gunakan Dana Desa Sesuai Aturan.

Hal pertama yang terlintas di benakku yaitu bahwa sebaiknya kritik yang disampaikan berkaitan dengan tugas serta profesi seorang (apapun profesinya), dalam konteks ini wartawan, haruslah disampaikan dengan dengan baik, dengan bahasa yang santun, beretika dan jangan sampai meluas kepada privasi orang atau pribadi yang bersangkutan.

Semua profesi itu pada prinsipnya adalah mulia. Mulia tidaknya profesi itu sangatlah tergantung dari pribadi atau orang yang menjalani dan menghayatinya.

Oleh karena itu maka setiap profesi dalam hal ini wartawan pasti memiliki kode etik kewartawanan (jurnalistik). Saya yakin bahwa seorang jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya dan para pembaca yang membacanya pasti diatur dengan baik dalam kode etik jurnalistik itu. Ini mesti menjadi dasar pertimbangan dan niscaya diketahui oleh setiap kita (publik).

Paus Fransiskus, melalui akun resmi twitternya, @pontifex, Minggu 3/5, mengungkapkan bahwa “Selama krisis saat ini kita tentu membutuhkan jurnalisme yang baik dan bebas yang melampaui semua orang, terutama mereka yang tidak mampu menyampaikan aspirasinya. Jurnalisme yang didedikasikan untuk mencari kebenaran dan yang membuka jalan menuju persekutuan dan perdamaian.

Lebih lanjut beliau juga sangat menekankan bahwa insan pers diharapkan untuk tidak menjadi hamba bagi penguasa tetapi tetap menjadi penyalur informasi berimbang yang senantiasa dan selalu mengingatkan.

Dalam sebuah shering pengalaman dengan senior saya, Pater Fidelis Regi Waton, SVD yang sekarang menjadi seorang misionaris konggregasi Serikat Sabda Allah yang berkarya sebagai seorang dosen di salah satu Universitas di Sankt Agustin, Wina, Austria. Dalam pesannya kepada saya melalui Whatsup, beliau menulis beberapa kalimat dalam satu paragraf berkaitan dengan Jurnalisme atau karya dan kerja dari para jurnalis. Dia menulis sebagai berikut : Journalismus ist die Bezeichnung für einen Arbeitsbereich, der sich mit der Veröffentlichung von Wort und Bild in Bild in den Medien beschäftigt. Journalismus ist die Grundlage der Arbeit aller Medien, also sowohl der Printmedien, Funk und Fernsehen als auch Online-Medien. Die Person die diesen Arbeitsbereich wahrnimmt, ist ein Journalist oder eine Journalistin. In Deutschland sind die Medien kritisch und unabhängig. Sie funktionieren als Vermittler zwischen dem Volk und der Regierung. Politisch gesehen sind die Medien in Deutschland die vierte politische Macht neben der Macht der Exekutive, der Legislative und der Judikative. Diese vierte Macht wird auch als publikative Gewalt bezeichnet werden. Jurnalisme adalah penamaan untuk bidang kerja yang menyibukkan diri dengan tulisan dan gambar dalam media. Jurnalisme merupakan fundamen kerja untuk segala media, baik media cetak maupun non cetak dan media online dewasa ini. Orang yang menjalankan bidang kerja ini dinamakan wartawan atau wartawati. Di Jerman, media bersifat kritis dan independen. Ia berfungsi sebagai pengantara antara rakyat dan pemerintah. Secara politik dilihat bahwa media di Jerman adalah kekuatan politik keempat disamping kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Kekuasaan keempat ini dinamakan juga dengan kekuatan publikatif.

Dalam konteks kita di Indonesia umumnya, NTT dan di Flores pada khususnya, peringatan Hari Pers Nasional 2023 ini tentu memberikan kita beberapa pokok pikiran untuk diketahui bersama, khususnya bagi para insan pers (para wartawan dan wartawati).

Pertama, pers adalah garda terdepan dan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Kepada seluruh insan pers, teruslah maju dan bergerak dengan tetap menjunjung tinggi idealisme dan profesionalisme.

Kedua, pers harus mampu menyajikan informasi yang akurat, berimbang, berkualitas demi menjaga dan merawat kebhinekaan, persatuan dan solidaritas bangsa. Pers juga diharapkan untuk semakin berkualitas dengan menyajikan pemberitaan-pemberitaan yang dapat diakui kebenarannya.

Ketiga, insan pers diharapkan untuk senantiasa menjadi yang terdepan, terpercaya dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Keempat, insan pers harus berani menjauhkan diri dari godaan-godaan yang pada hakekadnya berlawanan dengan prinsip pokok dan kode etik kewartawanan, misalnya money politycs, sogok, suap dan memberitakan sesuatu atas dasar menggoalkan konspirasi politik tokoh tertentu.

Ingat, pers itu sesunguhhnya memiliki kekuatan publikatif yang sangat dahsyat, jika pers in se selalu membawa sukacita bagi banyak orang.

Penulis, guru di SMAN 1 Larantuka

By media surya.com

Ungkap Realita Sosial

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *