Lembata,MediaSurya.com- Ratusan anak Lembata disalurkan ke Semarang Jawa Tengah dengan cerita kuliah sambil kerja, dimana beberapa oknum di Lembata turut serta menjadi jembatan yang menghubungi anak-anak Lembata untuk.berangkat ke Jawa Tengah.
Lembata Dapat Opini Kualitas Sangat Rendah Standar Pelayanan Publik
Anehnya perekrutan anak Lembata untuk kerja sambil kuliah ini tidak dkethui oleh dinas Nakertrans Lembata sesuai pengakuan. kepala dinas saat bertemu dengan para orang tua yang anaknya Luntang Lantung di pulau Jawa.
Memang ada beberapa anak yang kerja baik tapi prosentasenya tidak banyak karena, lebih banyak anak yang memilih pulang atau tetap kerja di Jawa untuk mencari uang transport pulang karena tidak ingin merepotkan keluarga di lembata.
Ada beberapa anak ke jakarta, Surabaya, jogya dan beberapa kota lain di pulau Jawa untuk mengamankan diri di keluarga mereka.
Anehnya beberapa waktu kemudian setalah mediasi ke pihak kepolisian, dinas Nakertrans menjelaskan bahwa, jika mau buat lapor maka dinas tidak bertangungjawab dan sepenuhnya menjadi Tanggung Jawab orang tua.
Lebih parah lagi setelah memediasi pertemuan antara orang tua anak yang diduga jadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) dengan pihak penyalur, dinas sekan ragu-ragu dan membiarkan orang tua yang anaknya menjadi korban dugaan TPPO berjalan sendiri. Ada apa dengan kadis Nakertrans?
Para orang tua bertanya-tanya ada apa dengan dinas Nakertrans Lembata? Jangan-jangan dinas yang dinahkodai Rafael Betekeneng ini masuk angin?
Rafael betekeneng dihubungi media ini melalui sambungan seluler menjelaskan, pihaknya hanya sebatas memediasi jika menempuh jalur hukum itu kembali kepada para orang tua yang merasa dirugikan.
Kami dinas bekerja secara profesional dan tidak berpihak kepada siapapun. Ujar Betekeneng
terkait awak media Rafael Mengatakan, bukan dia mengusir namun meminta agar wawancara dilakukan setelah mediasi selesai. Soal ada bahasa agar ruangan itu steril yang katanya, di keluarkan oleh salah satu penyalur, dirinya tidak mendengar
“saya tidak dengar kalau ada bahasa mengatakan, bahwa jangan ada media karena ruangan harus steril” pungkas Rafael Betekeneng